Just Reza Akbar

Terus Belajar Untuk Berhasil

Jumat, 06 Agustus 2010

Ide Bisnis

MENGASAH IDE BISNIS
Hampir semua orang berkeinginan berbisnis. Hanya saja terkendala dalam hal modal, waktu, dan lain sebagainya. Tapi, banyak juga yang tidak tahu harus berbisnis apa. Apalagi bagi seorang siswa berumur 15 tahun. Nah, untuk para siswa yang ingin terjun ke dunia usaha, hal pertama sekali yang kamu siapkan adalah mental. Kamu harus sadar bahwa tugas utama kamu adalah belajar. Bisnis di usia sekolah adalah dalam rangka mempercepat proses pembelajaran finansial, kematangan emosional, manajemen, tanggung jawab, dan pengembangan diri.
Ngomong-ngomong ide bisnis, itu dapat diperoleh dari buku, majalah, diskusi, dan sumber-sumber lainnya. Bentuknya bisa berupa hobi, bakat, atau melihat sebuah peluang yang potensial untuk digarap. Mengenai pilihan apa, itu saya kembalikan kepada kamu, asalkan sekolah/kuliah kamu tetap menjadi yang utama.
Beberapa hal yang mesti diingat dalam mencari ide bisnis adalah:
1. Tidak mesti baru
saya melihat sebagian dari kita selalu ingin menawarkan bisnis-bisnis baru, yang belum pernah ada di daerah itu. Alasannya adalah tidak ada pesaing. Misalnya, seorang mahasiswa (teman adik saya) membuat usulan rencana bisnis (business plan) yakni café cerdas. Ini merupakan bentuk baru dari café. Saya mendengar, café itu tidak berjalan dan tutup. Tidak adanya pesaing, bukan berarti keadaan aman-aman saja. Justru kamu menghadapi kendala bagaimana memperkenalkan produk baru yang kamu buat. Masalahnya justru terletak pada kesungguhan kamu.
Contoh kedua adalah FMIPA Untan mempunyai produk teh pasak bumi. Produk tersebut sudah dikemas dalam bentuk the celup, dan siap dipasarkan. Belum ada perusahaan yang memproduksi teh pasak bumi kecuali hanya FMIPA Untan. Teh tersebut sempat menjadi kebanggaan kampus kuning ini. Hanya saja, selama 7 tahun ini saya belum pernah mendengar produk tersebut masuk ke pasaran, bahkan pasar lokal sekalipun. Padahal produk tersebut berkualitas, baru, dan tidak ada pesaing.
Saat saya membuka Bimbel tahun 2009, sebenarnya bukan masa-masa yang baik untuk membuka Bimbel karena di Pontianak saat itu masa menjamurnya Bimbel adalah tahun 2007-2008.. Saat itu rekan-rekan saya dan banyak mahasiswa yang membuka Bimbel. Lalu pada saat saya membuka Bimbel (2009) rekan-rekan saya tidak begitu apresiatif karena apa yang saya lakukan biasa-biasa saja. Masa kejayaan Bimbel bisa dikatakan sudah lewat Saya ingin mengatakan bahwa saya punya keterampilan membuat yang biasa menjadi luar biasa. Ha…….!
Apa yang dilakukan rekan-rekan saya pada dasarnya adalah bisnis ikut-ikutan. Bimbel menjamur, ikut-ikutan buka bimbel. Saya tidak. Saya tahu ini adalah impian saya. Saya tidak sedang mancari uang tambahan. Saya tidak mencari pekerjaan. Saya buka bimbel--- bisnis yang biasa-biasa saja ini --- karena saya ingin melakukannya. Saya melakukannya karena saya ingin mensukseskan pendidikan dan sukses sebagai pendidik dan pengajar. Saya melakukannya dengan senang hati.
Lihat saja orang-orang yang sebagian besar orang Jawa, yang menjamur membuka usaha warung makan lamongan atau bakso. Usaha ini bukan bisnis baru. Tapi Tanya saja omset per harinya. Bisa jutaan rupiah.

2. Bisnis itu sederhana
Saya membuka Bisnis Bimbel dan Estebu. Keduanya bukanlah bisnis yang rumit. Mereka sederhana. Hanya saja, dalam keserhanaannya, kita juga harus berusaha membuat citra yang baik terhadap produk yang kita tawarkan. Misalnya, Estebu, saya menyediakan beberapa rasa minuman tebu, ada jeruk nipis, susu, rose, dan eskrim tebu sehingga konsumen mendapatkan sesuatu yang bernilai lebih dari apa yang biasa mereka dapatkan. Pada kenyataannya, bisnis itu sangat simpel. Masalahnya adalah bagaimana kita mengemasnya. Dan jangan lupa, PROMOSI!
Banyak orang yang bingung ingin berbisnis apa. Kalau ditimbang-timbang, “orang bodoh” lebih mudah berbisnis dari pada orang pintar (banyak mikir). Apalagi seorang sarjana, yang notabene memiliki pengetahuan yang luas, pikiran yang segar, dan semangat yang menggebu-gebu. Mereka cenderung berfikir sangat ideal sampai-sampai untuk membuka bisnis kecil saja butuh puluhan juta rupiah. Mereka menghitung sangat teliti dan ideal.
Saya sedang pusing (saat menulis bagian ini) karena saya berniat untuk memindahkan Bimbel saya ke tempat lain, tapi tidak punya modal. Saya sedang berfikir keras bagaimana caranya. Saya ingin mendapatkan lokasi bimbel baru tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Saya sedang mencari solusi. Saya tidak ingin berfikir terlalu keras dan rumit. Percuma saja, saya tidak punya cukup uang untuk menyewa ruko seharga 25 juta. Saya hanya perlu berfikir sederhana, bagaimana mendapatkan lokasi bimbel tanpa modal.
Bisnis tidaklah membutuhkan konsep yang rumit. Bisnis itu sangat mudah. Anda tidak mesti memeras otak ingin berbisnis apa. Anda cukup membuat sesuatu yang biasa menjadi unik dan lebih menarik. Contoh, ayam goreng. Kamu bisa membuka bisnis ayam goreng + nasi putih + kentang goreng yang disajikan dengan sambal saos. Tinggal kamu beri merek saja. Saya punya segudang ide bisnis di kepala saya. Saya tidak menjalankan bisnis baru. Anda tidak perlun bersusah payah. Anda tinggal membuat sesuatu yang biasa agar lebih menarik. Di tahap-tahap awal, Anda perlu membuat sedikit kesalahan dalam rangka belajar. Mulai saja dalam kondisi apa pun Anda.
3. Tidak mesti ideal
Saat saya membuka usaha TEBUSARI, saya menggunakan peralatan yang tidak baru, misalnya meja bekas, mesin second, dan beberapa alat yang memang sudah tersedia di rumah. Sekitar 3 bulan setelahnya, kami mengganti beberapa peralatan misalnya mesin, meja, dan beberapa alat yang penting dengan yang baru. Lalu pada saat saya membuka Bimbel, saya membukanya di dalam komplek, membuat desain brosur dengan apa adanya, pake fotocopi, dan desainnya yang kaku, spanduk kain, meja triplek, dan beberapa sarana yang bukan barang bagus dan baru. Setelah beberapa bulan, saya membuat meja belajar yang lebih bagus, memperoleh desain brosur yang lebih baik, mengganti spanduk dengan banner, membeli beberapa alat-alat lain yang penting. Sampai saat ini fasilitas di Bimbel saya cukup lengkap. Apa yang kamu miliki, manfaatkanlah. Tidak mesti ideal. Ideal adalah sebuah proses.
4. Tidak mesti butuh modal besar
Saya membuka usaha Bimbel hanya dengan modal 2 juta rupiah, membuka TEBUSARI dengan 4 juta rupiah uang tunai. Jadi, memulai bisnis bukanlah pada masalah pada besarnya modal. Modal hanya salah satu faktor saja. Yang penting adalah kesungguhan. Dengan modal awal 2 juta rupiah, Bimbel saya saat ini bisa berjalan dan cukup menghasilkan. Padahal untuk membuat sebuah bimbel ideal, butuh minimal 20 juta rupiah. Tapi saya bisa memulainya dengan 2 juta rupiah. Simpel kan? Selamat Mencoba!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar